Jumat, 08 Juni 2012

kursus tristar


                                  Industri Kosmetik







1.1 Latar Belakang
Industri kosmetik di Indonesia saat ini berkembang pesat,
Dari data International Cosmetics Club menyebutkan bahwa
impor produk kosmetik mencapai Rp 4 miliar sampai Rp 10
miliar per bulan. Bahkan, pada tahun 2006 impor selama setahun
mencapai Rp 1 triliun. Sementara itu untuk pasaran lokal,
menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) omzet
penjualan kosmetik bisa mencapai Rp 40 miliar untuk satu
perusahaan besar dalam satu bulan, Darmadji, (2008). Hal ini
menunjukkan bahwa pemakaian kosmetik di Indonesia sangat
besar. Seiring perkembangan zaman, kosmetik seolah menjadi
kebutuhan primer bagi sebagian kaum wanita. Hal ini
memberikan peluang bagi industri kosmetik di Indonesia,
sehingga banyak bermunculan produk baru dipasaran yang dapat
menimbulkan persaingan cukup ketat.
Disisi lain konsumen memiliki penilaian dan harapan
sendiri terhadap kosmetik yang mereka gunakan. Untuk mampu
bersaing dan memuaskan konsumen tentunya suatu produk harus
mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk
pesaing serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Pihak
perusahaan kosmetik dituntut untuk jeli dalam menggali
informasi mengenai preferensi konsumen dan mampu
menerapkan strategi pemasaran yang tepat. . Dalam hal ini
diperlukan antisipasi kemungkinan-kemungkinan strategi yang
akan diterapkan oleh perusahaan pesaing. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk menganalisa strategi pemasaran adalah
dengan menggunakan teori permainan yaitu suatu model
matematika yang digunakan dalam situasi konflik atau persaingan
antara berbagai kepentingan yang saling berhadapan sebagai
pesaing. Sedangkan fuzzy digunakan untuk merepresentasikan
ketidakpastian penilaian antar konsumen.
Penelitian ini difokuskan pada produk bedak dengan
pertimbangan bahwa produk bedak adalah salah satu produk
kosmetik yang umum digunakan oleh masyarakat dan
pemakaiannya bersifat konsisten. Studi kasus yang diambil
adalah produk kosmetik bedak Sariayu di ITS-Surabaya dengan
pesaing yang dihadapi terdiri dari Mustika Ratu, Pond’s, dan
Marcks’

 1.3 Batasan dan Asumsi Masalah
Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Responden yang diamati adalah mahasiswi Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya yang mengetahui serta
menggunakan kosmetik bedak wajah yang diteliti.
2. Penentuan strategi didasarkan atas pertimbangan atributatribut
yang dipentingkan konsumen.
3. Kosmetik bedak wajah yang diamati yaitu Sariayu, Mustika
Ratu, Pond’s, Marcks’.
Asumsi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah :
1. Masing-masing pemain (kosmetik bedak wajah) dianggap
saling mengetahui strategi yang diterapkan pihak pesaingnya.
2. Kondisi persaingan diasumsikan dalam keadaan wajar dan
sehat.
3. Atribut yang digunakan adalah atribut yang dipakai oleh
produsen pada saat penelitian.
4. Responden dianggap mengerti dan memahami tentang
pemilihan produk kosmetik dan mengerti terhadap semua
atribut yang digunakan.
 1.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah :
1. Mendapatkan atribut-atribut yang dipentingkan oleh
konsumen dalam memilih produk kosmetik bedak wajah.
2. Mendapatkan strategi pemasaran kosmetik bedak wajah yang
berorientasi pada keunggulan atribut-atribut yang
dipentingkan konsumen.
Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
menentukan strategi pemasaran dan dapat mengetahui atributatribut
apa saja yang dipentingkan oleh pelanggan.